Pages

Jumat, 27 Juni 2014

Elegi


kadang ku melihat semua orang sedang tertawa di belakangku ,tertawa dengan bahagianya sampai urat-urat leher itu nampak juga ikut tertawa, mengapa sebahagia itu kalian di hadapanku ? kusadari kalau wajar saja kalian bisa seperti itu, dengan posisi yang yang aman, punya seseorang untuk berbagi tawa, berbagi kesedihan, kadang ku merasa deburan kedengkian merasuki hatiku yang sejak awal memang kelam , jiwa ini terasa terkikis perlahan bersama waktu melihat kalian semua, aku hanya ingin kebahagiaanku sendiri, apa ada yang salah dengan itu ? ku ceritakan semuanya berharap kalian mengerti, dan hanya tawa yang terdengar. aku hanya ingin tertawa bersama kalian ,bukan menertawakanku.

kadang kudapati diriku sebagai sesosok makhluk yang munafik di hadapan cermin. tertawa walau tak air mata sudah sampai ke tanah dan mengering, di satu sisi ku tak mau sendiri , di sisi lain justru kebersamaan itu yang membuatku mati. sampai akhirnya ku terhanyut derasnya perbandingan-perbandingan diriku dan dirimu tanpa henti , kisah kisah kusam kelam dan berdebu lebih senang ku buka kembali saat ini. cerita tentang jatuhnya konsep-konsep kebenaran yang ku alami dulu , tentang pengkhianatan pohon kepada benih yang berjatuhan di tanah , tentang pengorbanan-pengorbanan yang tak perlu , tentang ke tidak jelasan Tuhan terhadapku.

Wahai sang pemilik hati , apa yang ingin kau sampaikan padaku saat ini ? ku akui sudah lama ku tak menghadapmu lagi. apa masih kah ku punya hak untuk mengeluhkan semua ini kepada-Mu ? apa benar semua alasanku untuk hidup Kau cabut karena kehendak-Mu ? ku hanya ingin menikmati totalitasku sebagai makhluk , terjatuh dan bangkit sebagaimana yang biasa terjadi. aku hanya ingin bangkit , bukan terjatuh lebih dalam lagi, tapi semakin dekat ujung jurang itu ku raih , selalu ada saja alasan mereka yang di atas menendangku jatuh kembali , sampai akhirnya kegelapan dalam lubang ini mulai terasa nyaman buatku, kegelapan terasa jauh lebih bersahabat daripada cahaya malam, tanpa tawa dan sindiran , hanya diam.

hingga akhirnya dia datang, berteriak dari sisi lubang yang lainnya,

 
---- hei, kamu mau naik ke sana ? ujarnya sambil menunjuk ke arah cahaya di permukaan.

---- tidak , kamu naik saja sendiri .. biar nanti kalau kau terjatuh lagi ada aku yang menangkapmu di sini, aku lelah. kataku sambil merebahkan badanku kembali di dinding lubang.

dari jauh kupandangi dia merangkak secara perlahan, memilih dengan hati-hati batu pijakan yang terlihat rapuh

“mungkin dia bisa keluar dari sini. .” ucapku berbisik.

tanpa sadar dia sudah semakin menjauh, menjauh dari kegelapan di dasar lubang yang menatapnya dari tadi. tiba-tiba pijakan terakhir terlihat goyah dan dia pun kehilangan keseimbangan membuatnya seolah terlihat seperti sepotong kertas yang akan di tiup angin , ku langsung beranjak dan siap menimangnya dari bawah tapi.. sesosok lengan tiba-tiba muncul dari arah cahaya , menggapai lengannya seolah lengan itu memang sudah siap menggapainya sejak awal. dia terselamatkan , dan diangkatlah dia ke ujung jurang . . bayangannya pun sudah tak tampak lagi. .ya, dia sudah pergi. hanya senyuman yang ku berikan untuk keberhasilannya keluar dari sini , walaupun sempat tersirat harapanku untuk dia jatuh agar bisa ku tangkap dari sini. akhirnya ku sendiri lagi seperti semula , kadang ku merasa menyesal tidak bangkit bersamanya.. di sisi lubang ini ku masih menanti kejadian yang lain , sambil berharap bisa bangkit suatu saat nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar